AKU CERAIKAN ENGKAU ATAU MASIH MAU BERTAHAN DENGANKU? (Serial 1.0)
SYABABSALAFY.COM - Cinta telah lama bersemi. Tahun-tahun indah telah dijalani bersama. Suka dan duka sama-sama dihirup satu rasa. Hingga suatu ketika, sang istri mengandung seorang putra pertamanya. Sebuah penantian indah telah meraka asakan. Namun, tiba-tiba keinginan thalabul ilminya membuncah dalam kalbu yang terdalam. Lalu, apakah dia rela meninggalkan penantian hadirnya sang buah hati dan kemesraan dengan sang istri demi thalabul ilmi. Atau, ia mengurungkan tekad sucinya? Dilematis!
***
Syababsalafy! Tahukah bahwa pada masa
itu jarak tempuh antara Kota Kairo dengan Kota Suci Madinah begitu jauh.
Orang-orang berlalu-lalang menggunakan kuda ataupun onta, bahkan ada pula yang berjalan kaki.
Namun, panasnya padang sahara tidak lantas mematahkan semangat menuntut ilmu
yang memang selalu membara.
***
Tokoh panutan yang akan diceritakan oleh syababsalafy kali ini adalah Abdullah bin Al-Qasim. Ia merupakan pria berkebangsaan Mesir, atau biasa
disebut ‘Al-Mishri’. Kala itu, istri tercintanya sedang mengandung buah hati
pertamanya. Mereka sedang menanti kelahiran.
Namun,
Abdullah memendam sesuatu dalam dirinya. Ia memiliki keinginan yang telah
membuncah dan tekad yang sudah membulat. Perhalan, ia mencoba menguturakan rasa
yang terpendam itu kepada istri tercintanya. Ada apa gerangan, duhai syababsalafy?!
***
“Wahai istriku. Sebenarnya, aku memendam keinginan untuk melakukan rihlah demi menimba ilmu. Aku tidak mengerti kapan akan kembali lagi ke negeri ini kecuali setelah sekian waktu yang lama.”
Abdullah mencoba mengutarakan hasrat
terpendamnya. Ia paham, mungkin istrinya akan merasakan keberatan. Terlebih,
kala itu ia sedang mengandung buah hati pertamanya.
Belum
sempat sang istri menjawab, Abdullah ingin menawarkan sebuah solusi atas
keberatan yang mungkin dirasa oleh sang istri.
“Kalau kamu berharap supaya aku menceraikanmu, silakan. Akan aku turuti keinginanmu. Dan kamu boleh menikah dengan siapapun yang engkau mau. Namun, bila engkau masih ingin untuk tetap bertahan denganku, aku tidak akan keberatan. Tetapi, sekali lagi, aku belum tahu kapan akan kembali untuk pulang.”
Mengharukan.
Detik-detik perpisahan itu diwarnai dengan obrolan yang begitu menyentuh hati.
Seolah ketulusan cinta sang istri sedang teruji. Akankah ia mempertahankan
ikatan cinta sucinya ataukah ia memilih untuk memutus hubungan? Sungguh
dilematis!
***
Bersambung, insyaAllah...
Berangkat bareng aja, biar gk pisah..
BalasHapusNantikan lanjutan kisahnya pada serial berikutnya, insyaallah. Kisahnya sangat fantastis.
HapusHamil, lgpl perjalanan jauh Zaman itu gak ky Zaman sekarang!
HapusSubhanallah....
BalasHapusPatut di contoh, terlebih untuk kalangan pemuda... Yang belum punya tanggungan harusnya lebih semangat dalam menutut ilmu...
BalasHapusMasyaallah, wlwpun uda nikah niat tholabul ilminy tetep kokoh
BalasHapusMasyaallah betul" niat yg hebat mski tlah mmiliki pndamping hidup
BalasHapus.ufar.
Jika karena Allah semua takkan sia- sia..
BalasHapusBismillah,afwan mau usul...minta d share kisahnya abu bakar al miski y
BalasHapusجزاكم الله خيرا